Sekilas tentang sejarah pulau Raja
Ampat (Four Kings)
Berdasarkan sejarah, di Kepulauan
Raja Ampat terdapat empat kerajaan tradisional dari kesultanan Tidore yaitu
Sultan Mansyur yang pada saat itu berkuasa sebagai Sultan Tidore, sekilas
sejarah pendeknya sebagai berikut :
Pada saat itu Kesultanan Tidore ingin
memperluas daerah kekuasaanya Kemudian selanjutnya Sultan Mansyur (Sultan
Tidore Pada Jaman tersebut) berkelana menuju daerah Lolobata, Bicoli, Maba,
Buli dan Pulau Patani. Di sana beliau minta supaya Kapitan-Kapitan/pengawal
Sultan Saat Ekspedisi ke Papua Barat (Raja Ampat) dari Maba, Buli, Bicoli dan
Patani turut dengan beliau ke pulau Gebe untuk menyelidiki pulau2 apa yang
terapung di belakang pulau Gebe, antara pulau yang satu dengan lain (tidak
berdekatan): “Papua”.
Pada saat itu juga Kapitan-Kapitan
tersebut turut dengan beliau ke Gebe, terus ke Salawati, Waigeo, Waigama,
Misowol (yang kita ketahui sekarang sebagai pulau Misool), terus ke daerah yang
disebutkan: Papua Gam Sio (Negeri Sembilan di tanah Papua) dan Mavor Soa Raha
Empat Soa/Klan di Mavor). Sesudah itu Sri Sultan Mansyur dan Kapitan-Kapitannya
kembali, singgah di Salawati, Waigeo, Waigama dan Misowol, dan disana beliau
mengangkat Kapitan-Kapitan berempat orang itu menjadi Raja setempat yang
bergelar seperti dirinya (;Kolano), mereka berempat disebutkan “Raja Empat”
yang masih dibawah naungan payung kekuasaan Sri Sultan Mansyur Sang Penguasa
dari Tidore, dengan pengertian bahwa mereka berempat menjadi Raja itu harus
mendengar perintah dari Sultan Tidore. Kekuasaan ke-empat Raja itu sampai di
daerah yang disekitarnya yang kemudian disebut Papua Gam Sio dan dearah Mavor
Soa-Raha”.
Kekayaan Sumber Daya Alam
Kepulauan Raja Ampat merupakan
tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama
wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber,
merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh
dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora
dan fauna bawah air pada saat ini.
Dr John Veron, ahli karang
berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah situs ia mengungkapkan,
Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling barat Pulau Papua, sekitar
50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik
di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua
pekan penelitian di daerah itu.
Tim ahli dari Conservation
International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi
Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah
melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di
perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis
di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan
catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75%
spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area
yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Ada beberapa kawasan terumbu
karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan
karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara P. Waigeo dan P.
Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Timur Selatan dan Kepulauan Wayag.
Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi
dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe
gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika
pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam
dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun
berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Foto Festival Bahari 2010 (2) |
Spesies yang unik yang bisa dijumpai
pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda laut katai, wobbegong,
dan ikan pari Manta. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja,
yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier,
Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Manta Ray yang jinak seperti
ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di
Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang
kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi yang menegangkan jika
kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif
tidak berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau
sendirian). Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa
melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di
beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong
atau ikan duyung.
Karena daerahnya yang banyak pulau
dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu
memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift
dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih
sambil menerobos kumpulan ikan.
Kepulauan Raja Ampat terletak di jantung pusat segitiga karang dunia ( Coral Triangle) dan merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia saat ini, kepulauan ini berada di bagian paling barat pulau induk Papua, Inonesia, membentang di area seluas kurang lebih 4,6 juta hektar. Raja Ampat memiliki kekayaan dan keunikan spesies yang tinggi dengan ditemukanya 1.104 jenis ikan, 699 jenis moluska (hewan lunak) dan 537 jenis hewan karang. Tidak hanya jenis-jenis ikan, Raja Ampat juga kaya akan keanekaragaman terumbu karang, hamparan padang lamun, hutan mangrove, dan pantai tebing berbatu yang indah. Potensi menarik lain adalah pengembangan usaha ekowisata dan wilayah ini telah pula diusulkan sebagai Lokasi Warisan Dunia (World Herritage Site) oleh pemerintah Indonesia.
Namun demikian, karena perkembangan yang luar biasa dalam bidang pertambangan dan perubahan kebijakan usaha penangkapan ikan ke arah Indonesia Timur oleh pemerintah Indonesia, maka kawasan Raja Ampat juga dapat mengalami tekanan eksploitasi sumberdaya alam yang tinggi. Berdasarkan survei saat ini, tekanan terhadap sumberdaya masih rendah, mengingat jumlah penduduk yang relatif masih rendah dan pembangunan yang masih belum terlalu berkembang. Kalau tidak dikelola dengan baik maka kawasan Raja Ampat bisa menjadi sumber konflik dalam pemanfaatan salah satu sumberdaya. Untuk alasan tersebut, maka untuk membangun kawasan Raja Ampat salah satu pendekatan yang dianggap tepat adalah pengelolaan kawasan yang berbasiskan pada ekosistem (ecosystem based management-EBM).
Dengan sistem perencanaan EBM berupa pengelolaan bersama yang adaptif oleh lembaga pemerintah, non-pemerintah dan masyarakat, maka telah dilakukan upaya untuk mengembangkan program konservasi yang akan melindungi keanekaragaman hayati, perikanan berkelanjutan menjaga kelangsungan potensi ekowisata, dan pengembangan usaha alternatif berkelanjutan untuk penduduk di wilayah bentang laut (seaescape) ini. Pendekatan EBM yang dijalankan diharapkan akan mengurangi tekanan yang mengancam pendapatan berkelanjutan masyarakat, pengurangan sediaan ikan dan keanekaragaman hayati, kesinambungan plasma nutfah (genetic connectivity) dan daya lenting (resilience) ekosistem terumbu karang dan hutan di wilayah ini. Pengembangan yang ditawarkan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan denan meningkatkan kemampuan pengelolaan masyarakat lokal di Kabupaten Raja Ampat.
Pada akhir tahun 2003, Raja Ampat dideklrasikan sebagai kebupaten baru, berdasarkan UU No.26 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten SorSel, dan Kabupaten Raja Ampat, tanggal 3 Mei tahun 2002. Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong dan termasuk salah satu dari 14 Kabupaten baru di Tanah Papua, saat ini, Kabupaten Raja Ampat merupakan bagian dari Provinsi Irian Jaya Barat yang terdiri dari 4 pulau besar yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool, dan lebih dari 600 pulau-pulau kecil Pusat pemerintahan berada di Waisai, Distrik Waigeo Selatan, sekitar 36 mil dari Kota Sorong. Kepemerintahan di kabupaten ini baru berlangsung efektif pada tanggal 16 September 2005.
Wilayah Raja Ampat Meliputi :
- Sebalah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Seram Utara, Provinsi Maluku.
- Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Halmaherah Tengah, Provinsi Maluku Utara.
- Sebelah timur berbatasan dengan Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, Provinsi Irian Jaya Barat.
- Sebelah Utara berbatasan angsung dengan Republik Federal Palau.
Luas wilayah Kepulauan Raja Ampat adalah 46.108 km2, terbagi menjadi 13 distrik Berdasarkan Undang-Undang No. 26/2002, wilayah Kabupaten Raja Ampat terdiri dari 7 distrik yaitu :
- Distrik Kepulauan Ayau.
- Distrik Waigeo Utara.
- Distrik Waigeo Selatan.
- Distrik Waigeo Barat.
- Distrik Samate.
- Distrik Misool Timur.
- Distrik Misool.
Kemudian terjadi pemekaran 6 distrik baru, yaitu :
- Distrik Kofiau.
- Distrik Waigeo Timur.
- Distrik Teluk Mayalibit.
- Distrik Misool Selatan.
- Distrik Selatan Sagawin.
- Distrik Meos Mansar.
Sebagai wilayah kepulauan, daerah ini memiliki sekitar 610 pulau besar dan kecil, atol dan taka dengan panjang garis pantai 4.860 km, dengan 34 pulau yang berpenghuni. Perbandingan wilayah darat dan laut adalah 1:6, dengan wilayah perairan yang lebih dominan. Jumlah penduduk berdasarkan survei PRA pada tahun 20061 adalah 32.055 jiwa.
Visi kabupaten Raja Ampat
Foto Festival Bahari 2010 |
adalah " Mewujudkan Kabupaten Raja Ampat sebagai kabupaten bahari yang didukung oleh potensi sumberdaya pariwisata, perikanan dan kelautan menuju masyarakat Raja Ampat yang madani dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia".
Visi ini merupakan lanjutan dari Semangat Tomolol, yang dideklarasikan oleh pejabat bupati pada tanggal pada tanggal 13 Desember 2003. Semangat Tomolol merupakan pertemuan para pemangku kepentingan di Raja Ampat dan merupakan itikad baik dari semua pihak utuk berpartisipasi secara terbuka merancang program pembangunan berwawasan lingkungan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar